Mungkin, Aku Yang Terlalu Berharap Banyak.


 

kamu pernah menjadi bagian hari-hariku, setiap malam sebelum tidur, ku habiskan waktuku untuk membaca semua pesan singkatmu yang masih ada dalam ponselku. Tawa kecilmu, raut wajahmu saat kamu lagi marah dengan aku, dan canda kita selalu membuat aku tersenyum diam diam. Perasaan ini sangat dalam sehingga aku lebih memilih untuk memendam

Fix! aku sedang jatuh cinta dengan kamu, seseorang yang selalu membuat hari-hariku berwarna, seseorang yang selalu pergi dan pulang bersama aku ke kampus. Aku suka dengan kamu, aku sayang dengan kamu. Ini perasaan aku dan ini memang aku, jatuh cinta terjadi karena poses yang begitu panjang, itulah proses yang aku alami secara ilmiah dan manusiaw. setelah perkenalan waktu itu dan saat kedekatan ini terjadi; aku tahu suatu saat kita akan berada dalam status yang lebih spesial. Aku terlalu terobsesi dan terlalu menikmati sehingga tanpa ku sadari kamu telah mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku terasa lebih saat kamu selalu menyapaku melalui pesan singkat.

setiap harinya hanya kamu nama kamu yang terlafaskan di bibirku, aku mulai menyadari bahwa ada perasaan yang benar benar tak bisa ku deskripsikan, setai paginya aku kempus dengan semangat dan berdandan secantik mungkin hanya untuk kamu, setiap pulang kampus kamu selalu menunggu aku saat aku punya kuliah sore. Bahkan kita selalu menghabiskan waktu hanya berdua melewait malam-malam yang begitu indah.Semua terasa bahagia dulu....

Aku sudah berharap lebih. ku gantungkan semua harapanku padamu. kuberikan semua perhatianku untukmu, sayangnya, semua hal itu tidak kau gubris. setiap harinya ragamu memang di dekatku tapi hatimu tak pernah kau serahkan padaku, kau berada di dekatku setiap harinya tapi getaran yang kuciptakan seakan tak benar benar kau rasakan.

tuhan, tak mungkin kamu tak tahu apa yang kurasakan selama ini dengan dia. Aku yang terlalu larut dengan perasaan aku ini sehingga aku terkadang melupakan pikiran-pikiran logikaku sendiri, aku terlalu hanyut dalam semuanya bahkan aku selalu lupa meng-kasihani diriku sendiri. Dulu aku selalu berharap suatu saat kamu dan aku bisa menjadi;kita, ulu aku selalu berharap akan ada keajabian kau akan membalas semua perasaanku kepadamu bahkan dulu aku selalu berharap kau akan merasakan hal yang sama dengan aku.

Tapi mungkin harapanku salah, kau memang benar-benar tak bisa mencintaiku seperti aku mencintaimu, kau tak pernah membalaskan semua apa yang kurasakan selama ini. Aku tak pernah tau mengapa ? aku tak pernah tau siapa yang kamu cintai ? padahal selama ini aku selalu ada untukmu di setiap harimu. tak mungkin kau tau bahwa aku menyimpan rasa yang lebih kepadamu, tak bisakah kau mengafsirkan semua perhatianku selama ini ? tak pernahkah kau rasakan apa yang kurasakan selama ini ?

semua telah berkahir. tanpa ucapan pisah. tanpa lambaian tangan. tanpa kau jujur mengenai perasaanmu. perjuanganku terhenti karena aku merasa kau tak pernah mengubris apa yang kurasakan, aku berhenti karena aku cukup kasian dengan diriku sendiri, berharap tapi tak di harapkan.

Ini semua terasa aneh bagiku, kita yang sempat dekat, walaupun tak punya status apa-apa. meskipun berada dalam ketidakjelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab. Aku yang terbiasa dengan sapaan pagimu di pesan singkat (terpaksa) ikhlas karena kamu juga memilih menjauh dariku. Aku mulai menjadi diriku dan tak boleh berharap terlalu jauh lagi

tuhan, jika aku bisa langsung meminta Kepada tuhan, aku tak ingin perkenalan ini terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu ketika kamu menyebutkan namaku, aku tak ingin membaca pesan singkatmu yang lugu tapi manis, aku tak ingin semua hal yang manis itu mengkapiriku jikalau pada akhirnya hanya terhempas pahit sepeti ini.

Jika aku menceritakan perasaanku, seluruh kosakata dalam milyaran bahasa tak mampu mendeskrepsikan. Perasaan bukanlah susunan kata dan kalimat yang bisa dijelaskan dengan definisi dan arti. Perasaan adalah ruang yang terdalam yang tak bisa tersentu hanya dengan perkataan dan bualan. Aku lelah, dan itu adalah perasaanku. Aku lelah berada dalam posisi ini yang selalu berjuang untuk mendapatkan perhatianmu dan hatimu tak tak pernah kau berikan kepadaku.

saat ini aku belajar melupakanmu dan menganggap semuanya baik-baik saja, saat ini aku menahan diriku untuk tidak menghubungimu lagi dan saat ini aku belajar menajadi orang munafik agar kedepannya aku tidak menyakiti diriku lagi. aku belajar dan memang tak mudah untuk melakukan hal itu.


PENULIS

Fauziah Yusuf
Previous
Next Post »
Jangan ki lupa komentar di' :)